Indramayu - Ribuan nelayan yang tergabung
dalam Front Nelayan Bersatu (FNB) bentrok dengan aparat kepolisian, pada Senin
(17/02). Bentrokan ini mengakibatkan puluhan nelayan terluka dan sebagian
dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu.
Kejadian tersebut bermula saat FNB
melakukan unjuk rasa ke PT Pertamina Unit Pemasaran III di Balongan, Indramayu,
menuntut segera didistribusikannya solar bersubsidi. Massa FNB yang terdiri
dari ribuan nelayan dan buruh tersebut dihadang oleh ratusan aparat kepolisian
bersenjata lengkap. Situasi memanas ketika perwakilan FNB tidak diijinkan untuk
melakukan negosiasi dengan pihak Pertamina. Massa tertahan sekitar 250 meter
dari sasaran unjuk rasa.
Bentrok terjadi saat ada pelemparan cup air mineral ke arah polisi yang kemudian dibalas dengan lemparan kerikil dari arah berlawanan. Kedua pihak tersulut emosi, sehingga bentrokan tak dapat dielakkan. Berkali-kali polisi menembakkan gas air mata yang berakibat massa aksi terpecah. Atas kejadian ini, pihak kepolisian membawa 13 orang perwakilan FNB untuk dimintai keterangan.
Koordinator umum FNB, Ono Surono sempat mengungkapkan bahwa nelayan sudah lelah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang terus menekan nelayan. Sudah setahun ini, katanya, nelayan menanti janji-janji pemerintah untuk menyejahterakan nelayan, namun kebijakan demi kebijakan malah semakin memberatkan nelayan. Sehingga chaos semacam ini bisa jadi merupakan refleksi dari kelelahan tersebut.
Sementara itu, Kajidin, koordinator lapangan dalam unjuk rasa itu mengungkapkan aksi ini dilakukan sebagai kekecewaan terhadap pemerintah yang tidak konsisten dengan kesepakatan saat aksi di Jakarta pada 5 Februari 2014 lalu.
"Padahal kesepakatan sudah ditandatangani empat instansi yang mewakili, dari Ditjen Migas oleh M Hidayat, Ditjen Perikanan Tangkap KKP oleh M Zain H, BPH Migas oleh A Muhaemien, dan dari PT Pertamina oleh Deny Djukardi," ungkapnya.
Bentrok terjadi saat ada pelemparan cup air mineral ke arah polisi yang kemudian dibalas dengan lemparan kerikil dari arah berlawanan. Kedua pihak tersulut emosi, sehingga bentrokan tak dapat dielakkan. Berkali-kali polisi menembakkan gas air mata yang berakibat massa aksi terpecah. Atas kejadian ini, pihak kepolisian membawa 13 orang perwakilan FNB untuk dimintai keterangan.
Koordinator umum FNB, Ono Surono sempat mengungkapkan bahwa nelayan sudah lelah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang terus menekan nelayan. Sudah setahun ini, katanya, nelayan menanti janji-janji pemerintah untuk menyejahterakan nelayan, namun kebijakan demi kebijakan malah semakin memberatkan nelayan. Sehingga chaos semacam ini bisa jadi merupakan refleksi dari kelelahan tersebut.
Sementara itu, Kajidin, koordinator lapangan dalam unjuk rasa itu mengungkapkan aksi ini dilakukan sebagai kekecewaan terhadap pemerintah yang tidak konsisten dengan kesepakatan saat aksi di Jakarta pada 5 Februari 2014 lalu.
"Padahal kesepakatan sudah ditandatangani empat instansi yang mewakili, dari Ditjen Migas oleh M Hidayat, Ditjen Perikanan Tangkap KKP oleh M Zain H, BPH Migas oleh A Muhaemien, dan dari PT Pertamina oleh Deny Djukardi," ungkapnya.
Sedikitnya 11 nelayan dalam aksi
tersebut diamankan polisi yang langsung dimintai keterangan di unit reskrim
Polres Indramayu, hal tersebut disampaikan Suryana usai mengunjungi nelayan
yang diamankan di polres pada senin sekira pukul 20.20 wib.
//(cuplik.com)