KUNINGAN - Kebakaran hutan dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai di sekitar wilayah Kabupaten
Kuningan pada bulan September 2014, terukur pihak Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai melahap luas areal total sekitar 257 Hektare. Kepala
Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah 1 Kuningan Hawal Widodo,
menyebutkan areal hutan terbakar seluas itu seluruhnya berada di sekitar
wilayah Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan.
Hawal Widodo, menyebutkan kawasan hutan TNGC dalam musim kemarau ini
terhitung pihaknya telah dilanda tujuh kali kebakaran. Ketujuh kali
kebakaran itu, terjadi dalam waktu berbeda di blok-blok hutan terpisah
selama bulan September 2014.
"Berdasarkan hasil pengukuran kami, luas areal yang terbakar dari
tujuh kali kebakaran itu, seluruhnya mencapai 257,09 Hektare," ujar
Hawal Widodo, sambil melihat data hasil pengukuran tersebut pada telefon
genggamnya, saat ditemui "PR" Online, Kamis (2/10/2014) sore.
Hawal Widodo menyatakan, area hutan terbakar seluas itu seluruhnya
merupakan lahan berisi tumbuhan semak belukar minim tegakan pohon. Pada
sejumlah area yang telah terbakar itu, memang terdapat juga
tegakan-tegakan pohon. Namun, menurut Hawal Widodo, tegakan-tegakan
pohon pada area yang terbakar itu, sebagian besar tidak sampai terbakar
mati.
Areal hutan terbakar dalam kawasan gunung tersebut tersebar pada
belasan blok hutan bawahan kaki dan lereng utara. Semuanya berada di
sekitar wilayah Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, pada ketinggian
kontur antara sekitar 250 meter di atas permukaan laut hingga sekitar
650 mdpl.
Kebakaran yang berulang kali terjadi di kawasan TNGC sekitar wilayah
Kecamatan Pasawahan dalam musim kemarau ini, tercatat telah merambah
sedikitnya 19 blok hutan. Di antaranya blok Sukasirna, Batusaheng,
Simaung, Tegalbodas, Situmpuk, Gibug, Batuluhur, Cipujangga, Kupak,
Leles, Cidaon, Batupanjara, Cirendang, Tespong, Batusemar, dan Blok
Situlang.
Belasan blok hutan terbakar itu hampir seluruhnya berupa lahan padat
tumpukan batu didominasi tumbuhan semak belukar minim tegakan pohon.
Kondisi medan tersebut teramati dalam setiap kali kebakaran, sangat
menyulitkan pergerakan personel tenaga pemadam., (PRLM).