Indramayu - Tingginya angka mobilitas penduduk
di Kabupaten Indramayu menjadi TKI/TKW menjadikan anggota keluarga yang
ditinggal dirumah terancam. Untuk itu keluarga yang ditinggalkan menjadi
TKI/TKW harus diberikan bekal ketahanan keluarga yang cukup.
Hal
tersebut ditegaskan Kepala BKKBN, Prof. dr. Fasli Jalal, PhD, SpGK ketika
melakukan kunjungan kerja dan soft launching Model Integratif Ketahanan
Keluarga TKI/TKW Sebagai Solusi Strategik Dampak Mobilitas TKI/TKW ke Luar
Negeri, di Desa Tinumpuk Kecamatan Juntinyuat, Rabu, (15/10/2014).
Menurut
Fasli Jalal, menjadi TKW ke luar negeri memberikan dampak yang luar biasa
terhadap perubahan struktur keluarga dan memiliki implikasi baik secara makro
maupun mikro. Ditingkat makro, migrasi internasional berdampak positif terhadap
ekonomi negara dengan adanya pengiriman remitansi dalam jumlah yang besar.
Namun demikian, dampak positif tersebut tidak sebanding dengan dampak negative makro
yang dihasilkan dari migrasi tersebut, yakni menurunnya kualitas SDM Indonesia
akibat kegagaalan keluarga memproduksi generasi berkualitas. Ditingkat
mikro, lanjut Jalal, dampak migrasi TKI/TKW ke luar negeri berpengaruh langsung
pada struktur keluarga dan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga, terutama fungsi
pengasuhan, perawatan, sosialisasi dan pendidikan anak. Hal tersebut muncul
dari ketidakampuan suami untuk menggantikan peran ibu yang tidak dapat
dilakukan secara langsung oleh istri selama menjadi tenaga kerja di luar negeri.