Jakarta - Sekitar 2000 massa aksi nelayan dari Jakarta, Indramayu, Cirebon, Tegal, dan Brebes, hari ini Rabu (5/2/14) mengepung Ibu Kota Jakarta. Mendesak pemerintahan SBY-Boediono agar membatalkan dicabutnya subsidi BBM untuk kapal nelayan.
Massa aksi yang tergabung dalam Front Nelayan Bersatu (FNB) berasal dari nelayan pantura di wilayah Indramayu,
Cirebon, Tegal, Brebes, dan Jakarta. Mereka bergerak sekitar pukul
08.00 WIB dari Masjid Istiqlal, kemudian mengawali aksinya menuju Kantor Pertamina.
Massa aksi menolak Perpres nomor 15 tahun 2012, Permen ESDM nomor 18/2013 dan surat edaran BPH Migas yang mencabut subsidi BBM kepada nelayan dengan kapal 30 GT ke atas dan mendesak kepada Presiden Republik Indonesia, Menteri ESDM RI,
BPH Migas untuk segera mencabut ketiga kebijakan tersebut, serta
mengembalikan hak nelayan Indonesia untuk mendapatkan BBM subsidi tanpa
ada pembatasan sekecil apapun.
Salah satu Korlap aksi, Sahali SH mengatakan,
aksi ini dilancarkan agar pemerintah segera sadar dan paham bahwa
setiap kebijakan yang dibuat harus berdasarkan pada kebutuhan nelayan.
"Target
minimal aksi kita adalah setidaknya pemerintah menyikapi serius
permasalahan tentang nelayan yang sedang diperjuangkan ini, dan target
maksimal adalah Presiden mencabut peraturan menteri tadi," tegasnya saat
di depan kantor Pertamina Jakarta.
Menurut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Barat, Ono Surono ST menegaskan,
tuntutan nelayan bukanlah hal yang megada-ada. Menurutnya,
kebijakan-kebijakan tersebut membuktikan bahwa SBY, menteri ESDM dan BPH
Migas tidak konsisten dan menjegal program-program yang telah
dibuatnya sendiri.
Misalnya, lanjutnya, tidak konsisten terhadap
Program pembangunan kapal nelayan berukuran di atas 30 GT sebanyak
1.000 unit hingga 2014 yang diatur melalui inpres no. 1 tahun 2010
tentang Percepatan Pembangunan Nasional.
Selain itu juga bertentangan dengan Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)
yang diatur melalui Keppres no. 10 tahun 2011 tentang Tim Koordinasi
Peningkatan dan Perluasan Program Pro-rakyat atau disebut program
klaster ke-4.
"Dan yang paling inti adalah bertentangan dengan Instruksi Presiden nomor 15 tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan,
poin 11 yang menyatakan bahwa Menteri energi sumber daya mineral
memfasilitasi ketersediaan pasokan bahan bakar minyak bersubsidi kepada
nelayan," tegas Ono Surono.
Setelah
massa berorasi di depan kantor pusat Pertamina, kemudian menuju gedung
kementerian BUMN, berlanjut ke gedung Kementerian ESDM, dan berakhir
di Istana Negara.
Saat massa aksi meluncur ke Istana Negara,
beberapa negosiator sedang menunggu hasil rapat yang dilakukan oleh
Kementerian ESDM dan pihak Pertamina yang sedang membahas masalah
tuntutan nelayan. Beberapa perwakilan mengaku, pihaknya akan menunggu
hasil keputusan rapat tersebut.
"Kita tunggu saja keputusannya. Mungkin sampai besok," tandasnya.
Dalam aksi itu, terdapat pula massa solidaritas dari elemen mahasiswa yang turut bergabung, dalam pantauan, terdapat diantaranya mahasiswa ISIP, UNAS, dan UBK yang berorasi di depan gedung Kementerian ESDM tentang penolakan neo-liberalisme dari pemerintahan SBY - Boediono.
Sementara,
Ribuan massa aksi lainnya, sekitar pukul 15.30 WIB membubarkan diri
dari Istana Negara dan langsung menuju ke daerahnya masing-masing.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)