penyimpangan dalam kegiatan
diklatsar yang dilaksanakan unit kegiatan Mahapeka. Pihaknya sudah
memanggil panitia kegiatan dari dua hari lalu. Pihak kampus juga sudah
membentuk tim khusus untuk melakukan investigasi atas kematian Abdul.
Dia berharap dalam dua atau tiga hari ke depan, ada laporan rinci
terkait kronologis kematian Abdul dari UKM Mahapeka.
”Kami dari pihak kampus masih perlu mencari bukti-bukti kuat untuk
mengetahui penyebab kematian Abdul. Kalau dilihat dari laporan panitia
Mahapeka, almarhum meninggal bukan di lokasi kegiatan, tetapi saat
dirawat di rumah sakit. Tetapi, jika memang ditemukan bukti tindak
kekerasan, maka pihak kampus pun akan mengeluarkan sanksi tegas terhadap
yang bersangkutan,” katanya.
Kemarin, Rektor IAIN Prof Dr Maksum Mukhtar didampingi Pembantu Rektor
III Bidang Kemahasiswaan Prof Dr Cecep Sumarna dan beberapa anggota UKM
Mahapeka, berkunjung ke rumah duka. Tidak banyak yang disampaikan Maksum
dan Cecep, selain merasa menyesal dan berduka atas musibah tewasnya
Abdul Qodir Jaelani.
Sementara itu, Kapolres Kuningan AKBP Harry Kurniawan SIK MH melalui
Kasat Reskrim AKP Real Mahendra didampingi Kanit Tipikor, Iptu Herie
Pramono SH mengatakan, kepolisian sampai saat ini belum menerima laporan
dari keluarga Abdul Qodir Jaelani, mahasiswa semester empat IAIN Syekh
Nurjati Cirebon yang tewas di sela sela mengikuti kemah UKM Mahapeka
IAIN di Bumi Perkemahan Palutungan, Kabupaten Kuningan. Karena belum ada
laporan, maka pihaknya tidak bisa melakukan pengusutan terkait tewasnya
mahasiswa IAIN tersebut. “Sampai saat ini, belum ada laporan dari
keluarga dia (Abdul Qodir Jaelani, red). Jadi, kami belum bisa melakukan
penyelidikan di lapangan,” jawab Herie ketika ditanya Radar, kemarin
(3/1).
Seandainya pihak keluarga korban merasa ada kejanggalan dalam kematian
Abdul Qadir Jaelani, Herie menyarankan agar segera membuat laporan
tertulis ke kepolisian. “Sebaiknya kalau pihak keluarga menemukan ada
indikasi kekerasan dalam tubuh korban, secepatnya membuat laporan agar
kami bisa segera mengusutnya,” sarannya.
Ayah korban, Sakad mengakui, pihak rektorat sempat menawarkan anak
keduanya untuk bersekolah di IAIN dengan biaya gratis. “Tadi rektorat
bilang nanti adiknya, Nur Kofifa yang sekarang masih SMP, setelah lulus
nanti bisa langsung ke IAIN dan akan digratiskan,” ungkapnya.
Sakad mengakui, dirinya dikabari bahwa sang anak sedang sakit dan
dirawat di rumah sakit. “Maka saya langsung pulang ke Cirebon” imbuhnya,
Senin (03/02).
Pria yang berprofesi sebagai sopir taksi di Jakarta ini mengaku ikhlas
atas meninggalnya anak kesayanganya. “Saya pasrah dan ikhlas atas
meninggalnya anak saya. Semua ini adalah kehendak Allah yang maha
kuasa,” pungkasnya berkaca-kaca.(rcc)
Sementara itu, menghindari tudingan yang dialamatkan kepada institusi
Mahapeka dan IAIN, jajaran rektorat buru-buru mengklarifikasia.
Bertempat di ruang Senat IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Senin (3/2),
Pembantu Rektor (Purek) III Prof Dr Cecep Sumarna menyatakan, sangat
berduka dan merasa terpukul akibat kematian Abdul. Namun sejauh ini,
pihaknya belum menemukan bukti adanya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)