KEJAKSAN- Wali Kota Cirebon Drs Ano Sutrisno MM menggembar-gemborkan
program sekolah gratis, tapi pungutan masih marak di sekolah-sekolah.
Hampir di semua sekolah negeri ada pungutan. Beberapa siswa curhat
dengan koran ini, kemarin, menyampaikan banyaknya pungutan di sekolah.
Pungutan yang terjadi cukup beragam. Mulai dari level puluhan ribu,
hingga ratusan ribu rupiah. Pungutan yang biasanya terjadi adalah dengan
alasan praktik olahraga, seperti futsal dan lainnya. Nilainya
bervariasi, mulai dari Rp15 ribu hingga Rp25 ribu. Tidak hanya itu,
menjelang kenaikan kelas, pungutan lainnya mulai bermunculan. Pungutan
seperti kalender, pemeliharaan sarana dan prasarana ekstrakurikuler dan
perpisahan. Nilainya juga bermacam-macam.
Di salah satu sekolah, pengadaan kalender, pemeliharaan sarana dan
prasarana ekskul digabung hingga menembus angka Rp450 ribu. Selain itu,
di akhir tahun ajaran, kegiatan perpisahan juga terkadang memberatkan.
Nilai yang dibandrol mulai dari Rp50-Rp100 ribu. Pungutan-pungutan
tersebut pun dilakukan oleh sekolah, tanpa adanya persetujuan orang tua
siswa, maupun surat edaran untuk orang tua.
Selain itu, gelaran studi tur atau wisata di akhir tahun ajaran juga
kerap ditemui. Lagi-lagi siswa dipungut biaya. Nilainya pun tergantung
dari destinasi wisata dan beragam. Ada yang hanya Rp250 ribu, bahkan
hingga Rp400 ribu. Untuk para lulusan pun, ada juga sekolah yang
memungut biaya buku kelulusan, antara Rp75 ribu hingga Rp200 ribu.
“Kemarin saya baru diminta Rp450 ribu, katanya buat kalender, sama
sarana ekskul. Tapi ya nggak ada surat buat orang tuanya,” tutur salah
satu siswa SMA negeri di Kota Cirebon, kemarin.
Terpisah, Anggota Dewan Pendidikan Kota Cirebon Drs Salmon menyayangkan
adanya tindakan pungutan yang dilakukan oknum guru atau pihak sekolah.
Kata Salmon, diperlukan ketegasan dari disdik untuk memberikan sanksi
kepada oknum guru ataupun kepala sekolah yang melakukan pungutan.
“Ingat, guru ataupun kepala sekolah ini kan sudah dapat tunjangan, ada
sertifikasinya. Masa masih saja mencari keuntungan dari
pungutan-pungutan pada siswa? Ini harus ditindak tegas,” tuturnya.
Salmon pun mengaku sering mendengar kabar mengenai adanya pungutan yang
terjadi di sejumlah sekolah.
Diakuinya pungutannya pun beragam. “Alasannya macam-macam, ada yang
untuk olahraga, sarana dan prasana. Padahal kan APBD untuk pendidikan
itu sudah cukup besar,” tuturnya. Maka dari itu, Salmon berharap ada
tindakan yang tegas. Bila perlu, lanjut dia, disdik bisa melakukan
penahanan sertifikasi untuk oknum guru ataupun kepala sekolah yang
melakukan pungutan liar itu. “Guru sekarang sudah enak. Penghasilan juga
sudah mencukupi, jangan sampai malah cari sampingan dari pungutan
siswa,” tuturnya.
Peran kepala dan pengawas sekolah pun, lanjut dia, cukup tinggi dalam
menekan pungutan yang terjadi di sekolah-sekolah. Maka dari itu, dia
berharap kepala sekolah juga harus pro aktif meminimalisasi pungutan.
“Bukan malah mendukung atau ikut-ikutan. Kepala sekolah harus berani
menindak oknum guru yang melakukan pungutan. Begitu juga dengan dinas
pendidikan,” tuturnya.
Senada, Ketua Komisi C DPRD Kota Cirebon HM Ayatullah Roni membenarkan
menjelang akhir tahun pungutan pada siswa di sekolah-sekolah semakin
beragam. Dirinya meminta pemerintah segera mengambil langkah atas
permasalahan ini. “Pungutan masih saja ada. Dan menjelang akhir tahun
ajaran semakin banyak. Dan bentuknya pun macam-macam,” tuturnya.
Roni menyayangkan tindakan pungutan yang terjadi selama ini. Karena,
pungutan tersebut memberatkan orang tua siswa. “Saya minta ini ditindak
tegas, jangan dibiarkan. Pihak sekolah jangan mengambil keuntungan atas
momen akhir tahun ajaran,” tukasnya. (kmg/rcc)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)