MEDIA ONLINE JAWA BARAT

LANI TV ONLINE

Musim Kemarau Datang, Petani Dianjurkan Tanam Palawija

On 7:16:00 AM with No comments

CIANJUR,- Hindari gagal panen saat musim kemarau, Pemkab Cianjur anjurkan petani untuk menanam palawija yang lebih membutuhkan sedikit air.
Pasalnya, memasuki musim kemarau, sebagan wilayah di Cianjur Selatan, areal persawahan seperti Kec. Sindangbarang, Kadupandak, dan Cidaun sudah mulai retak akibat kemaru. Bahkan, sebagian petani juga sudah tidak lakukan tanam.

"Memasuki musim kemarau kami memilih tidak lakukan tanam karena wilayah kami ini kan sawah tadah hujan. Jika di wilayah CIanjur utara masih ada hujan meski sedikit, kami sejak sebulan lalu tak pernah hujan," kata Rahmat (52), salah seorang petani Sindangbarang kepada "PRLM", Rabu (6/8/2014).
Rahmat mengatakan dengan tidak adanya aktifitas tanam padi, sejumlah petani beralih ke tanaman palawija. Sebagian lain memilih untuk menjadi buruh serabutan, seperti tukang ojeg musiman atau buruh bangunan.
"Sudah tiap tahun seperti itu. Hanya saja, kami berharapa tahun ini musim kemarau lebih pendek. Jadi kami lebih cepat bisa tanam kembali. Tahun lalu yang kemarau panjang membuat kami terpuruk. Menjadi buruh serabutan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari karena pendapatan yang tidak tentu," tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Cianjur, Yanto Hartono mengatakan, hingga akhir Agustus untuk wilayah utara diperkirakan masih akan ada hujan.
Namun justru masuk September kemarau akan terjadi. "Kalau wilayah selatan memang curah hujan rendah. Makanya untuk wilayah selatan kami sarankan petani menanam palawija saja," katanya.
Yanto mengatakan tidak ingin kekeringan yang menyebabkan kegagalan panen sekitar 987 hektar areal pesawahan di 18 wilayah kecamatan terulang kembali. Oleh karena itu, antisipasi dengan imbauan ini dirasakan perlu.
"Peralihan jenis tanaman ini untuk menghindari kerugian petani. Beberapa wilayah tadah hujan seharusnya sudah beralih seperti beberapa kecamatan di Cianjur Selatan, misalnya saja di Cempaka, Naringgul, Sindangbarang, dan Cidaun," ucapnya.
Lebih lanjut Yanto mengatakan Palawija merupakan jenis tanaman yang mudah beradaptasi dengan alam terlebih saat terjadi musim kemarau.
"Palawija seperti kacang hijau dan kedelai sanggup bertahan dengan persediaan air yang minim. Bahkan cukup dengan embun saja mereka masih bisa diproduksi secara baik," katanya.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur mulai fokus melakukan pemetaan daerah berpotensi mengalami kekeringan.Kepala BPBD Kabupaten Cianjur, Asep Ahmad Suhara mengatakan, pihaknya belum bisa menyebutkan wilayah mana saja yang terancam mengalami kekeringan.
Dalam waktu dekat BPBD Kabupaten Cianjur akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura untuk melihat sejauhmana potensi ancaman kekeringan.
"Kekeringan termasuk dalam bencana, kita segera akan menggelar rapat koordinasi dengan dinas terkait untuk memetakan wilayah berpotensi terancam kekeringan. Termasuk juga mencari solusinya nanti seperti apa," ucapnya.
Asep memngatakan satu di antara pemecahan masalah di musim kekeringan seperti saat ini adalah aliran sungai yang mulai mengering sehingga dampak pertama dirasakan oleh petani yang berakibat tanaman mereka puso.
Puso yang dimaksud, kata Asep, adalah lahan-lahan persawahan yang biasanya dalam setahun panen 2-3 kali. Artinya, Pemkab Cianjur memprioritaskan lahan-lahan persawahan normal, bukan tadah hujan.
"Kalau yang daerah tadah hujan itu para petani sudah tahu siklus curah hujan. Artinya, para petani sudah tahu ketika musim kemarau saat ini bukan saatnya menanam padi. Tapi begitu mulai hujan, para petani langsung menanam padi," katanya.
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (PSDAP) juga mulai melakukan berbagai upaya antisipasi bersamaan mulai masuknya musim kemarau.
"Memang saat ini sesuai prediksi sudah mulai memasuki musim kemarau yang identik dengan kekeringan. Salah satu upaya mengantisipasi kekeringan yaitu dengan sistem pengairan bergilir di sejumlah irigasi," kata Sekretaris Dinas PSDAP Kabupaten Cianjur, M. Rifai.
Rifai mengatkan, wilayah rawan kekeringan yang terpetakan di Dinas PSDAP Kabupaten Cianjur berada di tengah dan selatan. Rata-rata, wilayah tersebut merupakan kawasan tadah hujan.
"Salah satunya seperti di Kecamatan Campaka. Untuk membantu pengairan sawah dan kebutuhan air masyarakat, selain mengandalkan pengairan, kita juga manfaatkan embung-embung, meskipun itu kewenangan pemerintah pusat," tuturnya.
Tahun 2013, kekeringan akibat musim kemarau tahun ini yang melanda Kabupaten Cianjur, setidaknya terjadi di 18 wilayah kecamatan di Cianjur, yakni Kec. Agrabinta, Kec. Cidaun, Kec. Tanggeung, Kec. Kadupandak, Kec. Pasirkuda, Kec. Cijati, Kec. Pagelaran.
Kemudian Kec. Sukanagara, Kec. Campaka, Kec. Campakamulya, Kec. Cibeber, Kec. Cilaku, Kec. Bojongpicung, Kec. Ciranjang, Kec. Cianjur, Kec. Karangtengah, Kec. Sukaresmi, dan Kec. Haurwangi.
Akibat kekeringan itu sedikitnya 987 hektar areal pesawahan di 18 wilayah kecamatan tersebut terkena dampaknya, mulai dari kategori rusak ringan sebanyak 424 hektar, rusak sedang seluas 275 hektar, rusak berat seluas 189 hektare, dan gagal panen atau puso seluas 99 hektar. (PRLM).
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »