MEDIA ONLINE JAWA BARAT

LANI TV ONLINE

Masyarakat Nelayan Minta Pemerintah Bijaksana

On 3:53:00 PM with No comments

Belawan - Masyarakat nelayan yang menggantungkan kehidupannya dari melaut sangat berharap agar dalam membuat kebijakannya pemerintah berfikir arif dan bijaksana.

Karena dengan dikuranginya alokasi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar 20% oleh pemerintah terhadap nelayan, maka langkah itu akan sangat mengganggu kehidupan nelayan.

Ketua Forum Solidaritas Nelayan Medan di Belawan, Jafar Achmad kemarin mengatakan, sangat tidak setuju dengan langkah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) yang mengurangi alokasi BBM terhadap nelayan sebesar 20% terhitung 1 Agustus 2014.

Langkah ini tegas Jafar, adalah langkah mundur dan jelas sangat mengganggu aktivitas masyarakat nelayan yang menggantungkan kehidupannya dari melaut. Apalagi, sedikitnya 70% biaya melaut nelayan adalah BBM.

Untuk itu kata Jafar, pemerintah bisa menganulir kebijakan BPH Migas yang nyata-nyata menambah derita bagi nelayan tersebut. "Alokasi BBM terhadap sektor ril seperti nelayan janganlah dikurangi. Kan masih banyak sektor lain yang tidak menyentuh langsung kepada masyarakat kecil yang bisa dinaikkan harganya jika pemerintah bertujuan mengurangi subsidi," kata Jafar menambahkan 210 nelayan kecil anggotanya bakal terancam melaut.

Sejumlah nelayan di kawasan Bagandeli Belawan kepada MedanBisnis mengatakan, pasca dikuranginya alokasi BBM bersubsidi sebesar 20% terhadap nelayan, banyak nelayan kecil yang terpaksa menganggur karena untuk mendapatkan BBM sangat sulit dan harganya pun mahal.

"Kami tidak mengerti terhadap kebijakan BPH Migas tersebut. Padahal sebelum alokasi dikurangi, nelayan saja sudah sulit mendapatkan BBM dengan harga normal," kata Nuar nelayan Bagandeli.

Ketua DPC HNSI Kota Medan Zulfachri Siagian juga membenarkan, pasca dikuranginya alokasi BBM bersubsidi sebesar 20% terhitung 1 Agustus 2014, nelayan sangat kesulitan mencari nafkah. "Sebelum dikurangi saja kebutuhan BBM untuk nelayan sudah kurang, apalagi dikurangi," katanya.

Sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menentang langkah BPH Migas yang mengurangi alokasi BBM bersubsidi terhadap nelayan sebesar 20% karena akan menimbulkan keresahan di kalangan nelayan.

Menteri KKP Sharif Cicip Sutardjo bahkan mengatakan, jika pengurangan itu diterapkan akan menimbulkan keresahan bagi nelayan karena tidak ada kejelasan berapa besar alokasi per kapal nelayan.

Cicip mengungkapkan, BBM bersubsidi merupakan input produksi yang mempunyai peranan sangat penting bagi kelangsungan usaha perikanan.

Berdasarkan hasil identifikasi dan supervisi di beberapa pusat kegiatan nelayan, komponen BBM mencapai 60-70 persen dari seluruh biaya operasi penangkapan ikan sekali melaut.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »