TASIKMALAYA - Kelompok imigran gelap yang terdampar
di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, mengaku dua teman mereka tewas akibat
kekerasan fisik yang dilakukan polisi Australia.
Seorang imigran
asal Banglades M Musharaf Hossein menuturkan, kekerasan fisik terjadi
saat dia bersama rekannya diamankan kapal Australia. Polisi Australia
menangkap perahu yang ditumpangi sebelumnya, karena dianggap telah masuk
perairan Australia.
"Ada beberapa imigran dari Iran yang dipukul
dan diinjak-injak juga. Bahkan, saya mendengar ada dua orang asal Iran
meninggal saat berada di kapal itu," jelas Musharaf, yang bisa berbahasa
Indonesia, di sebuah hotel tempat penampungan sementara kawasan Kota
Tasikmalaya, Kamis (6/2/2014).
Ia menjelaskan, dua rekannya yang
tewas itu berusia 55 tahun dan 22 tahun. Namun, Musharaf mengaku tak
mengetahui alasan pemukulan terhadap rekannya tersebut.
"Saya tidak tahu nama mereka. Namun, saya dengar kabar mereka meninggal," imbuhnya.
Awalnya,
saat berangkat dari Indonesia ke Australia, kata dia, imigran berjumlah
36 orang. Namun, setelah dikembalikan polisi Australia, jumlahnya jadi
34 orang.
Musharaf menunjuk rekan asal Iran lainnya, yang tubuhnya
mengalami luka lecet di bagian tangan. Rekannya ini mengalami
penyiksaan sama dari aparat Australia. Selama berada di atas kapal
polisi Australia, mereka mengalami kelaparan.
Polisi hanya sedikit memberi makanan berupa kue dan minuman. "Kami lapar. Kasih makan cuma sedikit-sedikit," ungkap dia.
Hal
sama diungkapkan Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Kantor Imigrasi
Tasikmalaya, Arief Hanafi. Menurut dia, informasi adanya dua imigran
tewas telah diketahuinya dari penuturan para imigran yang diamankan.
Diberitakan
sebelumnya, sebuah perahu berisi puluhan imigran gelap asal Timur
Tengah terdampar di wilayah pesisir Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Rabu
(5/2/2014) malam. Mereka mengaku diusir polisi laut Australia setelah
sempat menyeberang ke perairan Australia dari Indonesia.(trb)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)